BENGKULU SELATAN – Proyek pembangunan Water Closet (WC) di Kabupaten Bengkulu Selatan yang bersumber dari APBN melalui dana Instruksi Presiden (Inpres) 2024 dengan menelan anggaran dana Rp 48 miliar sebanyak bangun 2.201 unit diduga menjadi ladang korupsi.
Proyek pembangunan Mandi, Cuci, Kakus (MCK) l tersebut yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan kebersihan lingkungan di masyarakat.
Namun sayang itu hanya terkesan slogan saja, seperti yang terjadi di Kecamatan Manna pelaksanaan proyek ini menuai perhatian dan sorotan publik, khususnya terkait kualitas pekerjaan dan berpotensi penyimpangan.
Pada lanjutan pemberitaan media ini, Senin (23/12/24) tim media melakukan pemantauan langsung lagi, kali ini di Kecamatan Manna. Berdasarkan observasi di lapangan, ditemukan indikasi pekerjaan yang semestinya tiang bangunan dicor mengunakan campuran batu split, ini temuan awak media di lapangan di kerjakan asal jadi saja tanpa ada coran mengunakan batu split.
Lebih lanjut, pengamatan lebih di lokasi proyek menunjukkan adanya indikasi pekerjaan yang diduga tidak memenuhi spesifikasi dalam Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Hal ini menimbulkan kekhawatiran adanya potensi mark-up dalam proyek tersebut. Dengan anggaran sebesar Rp 48 miliar, hasil pekerjaan yang terkesan asal-asalan tentu memicu pertanyaan dari berbagai pihak mengenai pengelolaan dan pengawasan proyek ini.
Dalam pelaksanaan proyek skala besar seperti ini, pengawasan yang ditangani langsung dari pihak Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bengkulu menjadi sangat krusial. Sayangnya, kualitas dan kuantitas pekerjaan di pembangunan MCK di Bengkulu Selatan menunjukkan kelemahan pengawasan.
Pembangunan jika pengerjaannya dilakukan dengan kualitas rendah, masyarakat yang seharusnya diuntungkan malah dirugikan. Pengerjaan proyek ini harus pengawasan yang super ketat mengingat perlu dilakukan untuk memastikan dana publik digunakan sesuai peruntukan.
“Dana sebesar itu seharusnya bisa menghasilkan bangunan yang berkualitas, Kalau pengerjaan seperti ini terus terjadi, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan bangunan yang berkualitas,”kata Zaid seorang pengamat bangunan.
Salah satu warga penerima manfaat bantuan bangunan WC yang tidak mau disebutkan namanya menyampaikan keluhannya kepada awak media.
Warga penerima mengeluhkan pekerjaan yang terkesan asal-asalan,“Contoh pengejaran bantuan WC kami yang dikerjakan tukang yang semestinya tiang bangunan dicor mengunakan batu split seperti bangunan lainnya, malahan bangunan kami dikerjakan asal-asalan tiangnya bukan dicor melainkan di tablok mengunakan adukan semen biasa, sehingga yang kami takutkan bangunan WC ini tidak bertahan lama,”kata warga dengan nada ngeluh kepada sejumlah awak media.(Jhon)